kisah sebatang bunga Dandelion


Hai, hari ini, tepat di bawah hangatnya sinar matahari pagi, aku terlepas dari batang dandelionku..
yah, aku adalah biji benih bunga dandelion. aku tak tahu harus mendarat kemana, yang aku tahu, aku harus bisa tumbuh menjadi bunga dandelion yang Indah seperti Ibuku..
aku sangat berterimakasih kepada angin karena
 ia telah melepaskanku dari tubuh ibuku, meskipun ini berat..

aku  harus seperti dandelion dewasa lainnya.. aku akan membuktikan kepada semua tumbuhan bahwa kami hanya terlihat rapuh di luar, kami ini Kuat ! walaupun kami tidak indah seperti bunga mawar, bunga anggrek, ataupun, apalah bunga indah lainnya.
aku ingin manusia mengucapkan harapan mereka, lalu meniupkan benih-benihku..
yah, tapi, sekarang ini aku masih benih kecil yang tak ada apa-apanya. aku masih harus berjuang untuk melakukan hal-hal tadi. sekarang ini, aku sedang terbang, dan aku mempercayakan angin untuk membawaku kemana saja, karena ibuku bilang, "Bunga Dandelion yang tangguh itu, bisa tumbuh dimana saja."
sinar matahari masih menemaniku mencari tempat untuk pendaratanku.. terus terbang, terus berusaha dan berdo'a, karena, yah, bunga dandelion mengambil langakah yang beresiko dan pengorbanan demi pencapaian hidup yang lebih baik bagi generasi selanjutnya..
Tiba-tiba, Hei, aku sudah mendarat ! Ini berarti aku akan segera tumbuh !
aku tumbuh di tengah padang rumput, disamping sebuah rumah petani yang mempunyai dua orang anak kembar. tapi, lho, disini hanya ada satu anak perempuan, kemana yang satunya ?
oh, ternyata, yang satunya di adopsi oleh seorang yang kaya raya. sebenarnya, si pak petani tak tega melepas anaknya itu, tapi karena si orang kaya tadi ngotot, dan bilang dia janji akan kirim uang setiap bulannya, maka pak petani tega tak tega melepaskan sang anak...
aku disini hanya ada satu batang dandelion dewasa. aku sering bertanya ini itu kepadanya, bertanya bagaimana dia bisa sampai disini, bagaimana dia mendarat pertama kali, pagi, siang, atau sore, bagaimana perjuangan hidupmu selama ini dan masih banyak lagi. dia tak pernah marah ataupun bosan menjawab pertanyaanku, sekarang, aku sedang bertanya kepadanya, aku bertanya, "Apakah kau sudah siap jika angin menjemputmu ?" dia menjawab, "aku harus siap, karena ketika angin menjemputku, itu bukanlah akhir dari kehidupanku, itu adalah awal benih-benih baru dari tubuhku akan tumbuh.." yah, memang benar katanya..
oh iya, sekarang aku sudah berwarna kuning, dan sebentar lagi akan berubah menjadi gumpalan putih yang seperti kapas, sebentar lagi, aku akan terbang..
tapi sayangnya, dandelion dewasa itu, tak melihat ketika aku sekarang sudah menjadi putih seperti kapas..
yah, dia sudah di jemput oleh angin, tepat setelah aku selesai menanyakan pertanyaan aneh itu.. sepertinya, angin sudah mendengar jawaban Siap dari dandelion dewasa.
sekarang, aku menikmati hari-hari kesiapanku sendirian, yah, bulu-bulu kapas putihku sudah tak sabar ingin terbang. tapi, aku tidak ingin melepaskan benih-benihku ini dengan sia-sia, aku ingin seseorang meletakkan harapan di atasnya. aku tak ingin mereka seperti aku, yang tak memegang harapan apapun saat itu..
langkah kaki.. aku mendengar langkah kaki ! Tuhan, itu adalah sang anak perempuan, Tuhan, semoga dia meletakkan harapan di atas benihku. Ayolah, sedikit lagi... dan, yah, dia melewatiku..
satu persatu benihku mulai mengucapkan salam perpisahan.. Tapi, ketika setengah puncakku mulai botak, sang anak tadi menoleh, dan mencariku, mungkin dia tadi melihat salah satu benihku.. dia mencabutku ! aww, sakit ! aku rela mati, demi benih-benih yang masih tersisa ini, sang anak mengucapkan harapannya, "Tuhan, aku ingin bertemu saudara kembarku.." dia meniup benih-benihku, dan sekarang aku botak total ! dia membuang tubuhku.. selamat tinggal benihku..

beberapa hari kemudian..
"Ibu, apakah kau disana sudah melihat si kembar yang sudah bertemu ? aku harap kau bangga terhadapku.. aku cinta kamu Ibu."

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Salam Dari Pengguna Tua Blogspot