CERPEN: Kisah Sedih Tentang Aku

     

       Awan berarak sendu dengan warnanya yang kelabu. Lambat laun warnanya semakin pekat, maka menangislah ia. Menghujani kota dengan hebatnya. Menerjang tanah tanpa takut, menyisahkan lubang-lubang kecil dengan gemericik air yang melompat sendu di lingkarannya. Dapat kurasakan suasana dingin bercampur haru diluar sana.
       Aku masih tertidur lelap didalam sini, ketika tiba-tiba baru aku sadari bahwa ini saatnya aku keluar dari tempat persembunyianku.
Aku hanya merasa nyaman dengan suasana gelap dan hangat didalam sini. Itu yang membuatku enggan keluar. Setelah sembilan bulan hidup pasifku akan berakhir. Dan akhirnya aku melihat dunia yang katanya indah jika dilihat dari dosa. Dari sini dapat kulihat senyuman mereka yang menyambutku; dua orang dengan rambut beruban, seseorang yang menggenggam tangan seorang wanita -yang tampak bahagia-, dan satu lagi seorang dengan jubah putih.
       Wanita itu menatapku sedih, bercampur haru. Mereka semua menatapku. Ini dia yang disebut-sebut Tuhan sebagai bidadari tanpa sayapNya? Tapi Tuhan, kenapa semuanya jadi gelap lagi? Apakah ini waktunya aku untuk tidur? Tapi kenapa hati kecilku yang baru belajar merasa, terasa sakit melihat mereka menangis? Apa mungkin aku terlalu lelah, dan mengantuk ?
      Dia, wanita itu kemudian mengangkat tubuh mungilku dan tersenyum dengan air mata berlinangan dipipinya. Dia mendekatkan wajahnya ke wajahku, kurasakan pelukan dan ciuman hangatnya. Kemudian dia berbisik pelan. Suaranya lembut menenangkanku yang mulai tertidur, "Selamat tidur sayangku yang cantik. Semoga kau tenang kembali bersamaNya". Oh, ternyata aku mati, bukan tidur.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kisah sebatang bunga Dandelion

Salam Dari Pengguna Tua Blogspot