Mengolah Rasa Dengki




Halo, entah kenapa saya terpikir untuk memberikan judul ini di postingan kali ini.
Dua hari yang lalu, saya sudah bertutur mengenai alasan mengapa keinginan saya yang dulu dapat kembali kepermukaan. Tidak menyalahi aturan apabila masa-masa karantina seperti ini dihabiskan dengan scrolling timeline media sosial. Hanya Scrolling. But wait, are you sure? Pasti ketika sedang menggulirkan postingan postingan manis milik teman-teman yang lain, terbesit sedikit rasa iri dan dengki ingin menjadi seperti mereka. Kemudian rasa ini bermutasi menjadi rasa insecure sehingga membuat kita merasa serba tidak ada apa-apanya. Lihat teman baca buku di story, minder. Jadi merasa malas. Lihat teman bisa nulis, minder juga. Lihat apa-apa pokoknya jadi minder. Saya berani mengatakan ini karena saya juga melaluinya. Rasa tidak nyaman ketika dengki bersarang itu, bukan main sangat mengganggu. Sampai-sampai, kalau tidak mulai bergerak maju, dan menyusul ketertinggalan, mood perlahan hilang dan membuat kita diam di tempat.

Saya melihat teman-teman sangat aktif sekali memanfaatkan apapun untuk dijadikan peluang. Jadi saya mulai dan paksa diri saya untuk mengolah rasa dengki di hati dengan ikut menjadi sedikit produktif. Setidaknya setiap pagi, saya harus menambah satu pengetahuan baru mengenai dunia per-gambar-an dan mewarnai. Saya terbilang masih baru dalam menggunakan cat air haha. jadi sedikit susah dan harus mulai beradaptasi.


Terlihat sekali kalau saya adalah pemula. Haha. Tidak ada pallete warna, kuas juga salah beli, alaaah mboh lah apa itu. Tapi begini. Tidak apa-apa dengki haha, selama mampu mengolahnya kepada hal yang positif dan kemajuan diri, kenapa tidak? Asal jangan sampai mencelakai dan merugikan orang lain saja. Toh, setidaknya menjadi punya acuan untuk menghasilkan suatu karya.
Jadi, tips untuk para pemula pengguna cat air; banyak-banyak lihat tutorial di Youtube. Awalnya saya menggambar malah tidak menggunakan kertas khususnya :') Jadi kadang warna yang saya gunakan malah tidak sama ketika dia kering. Atau bahkan kertas saya tembus dan bergelombang. Ih gapapa. Yang penting nyoba dulu.
Terhitung, sudah beberapa yang saya hasilkan, walaupun masih ecek-ecekan lah.




Yang saya gunakan adalah; satu kuas. asli, bonus dari cat warnanya. Saya tidak memakai kertas mahal. Saya beli yang standar, yang harganya 20rb / 10pcs haha. Cat nya juga tidak yang ratusan ribu. Yang 60rb juga sudah cukup. Kan pemula.
One thing that this quarantine brings me; You are flower that need to bloom on your own time, on your own place. Embrace your own self into the ground you believe you can grow helthy, shiny, and trully beatifully.
Sekarang, terapin prinsip baru; apa yang bisa dikembangin, kembangin aja. Tidak perlu merasa minder dan rendah diri atau inferior. Kalau ada yang lebih jago, ya berarti dia sudah berproses sejak lama. Tidak apa-apa terlambat. Daripada ternakan rasa dengki? Umur bukan masalah untuk tumbuh. Ya kan?

Prinsip saya satu; setelah sekian rasa kesal saya, kenapa setelah saya upload kok sedikit sekali yang like? (btw bukannya gila like ya, pasti banyak kan yang merasa seperti ini?) Udah, yakinkan satu hal:
Terus saja tumbuh. Jangan karena sedikit atensi, lantas kita berhenti. Dunia sangat adil. Sangat-sangat adil.
Ada yang kurang bagus, tapi banyak dapat atensi. Ada yang bagus, tapi sedikit atensi. Ada yang bagus dapat banyak atensi. Ada yang jelek pun sedikit dapat atensi. Tinggal kita saja yang menempatkan diri dimana. Mungkin kita masih kurang dan atensi datang tunggu waktunya tepat. Atau karena kita bagus, atensi masih sedikit, ya tidak apa-apa, berarti belum datang atensinya. Itu kalau lihat dari paradigma tenar dan non-tenar setelah kita berkarya. Masih mau berpacu pada atensi? Sudahlah, jadinya bukan yang kurang bagus. Malah terhambat prosesnya.
Iri dengki dengan teman sukses? Loh kenapa? Bukannya enah kalo mereka sudah pro dan sukses dibidangnya? Kita tidak susah payah nanti ikut seminar sana sini, kan? Tanya saja dia bagaimana kiat-kiatnya. Semoga dia juga baik hehehehe.



Ini saya lampirkan quote-nya. hehe.
Semangat berkarya, salam.
Ecak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kisah sebatang bunga Dandelion

Salam Dari Pengguna Tua Blogspot